Kamis, 26 Mei 2016


BAB IV



Jujun. S.Suriasumantri





Nama Kelompok 1 : 




Adiepura Prawira Dirga                  10114256
Birgita Juliana                                 12114201
Dima Fahri                                       1C114786
Dya Putra                                        13114359
Feisal Wicaksono Putra                  14114146
Irfan Banu Wijaya                         15114431
Muhamad Jabar                             16114969
Rosidah Nasution                          19114814







15
Jarum Sejarah 
Pengetahuan

Di zaman dahulu belum ada pembedaan antara berbagai organisasi kemasyarakatan belum tampak, yang menyebabkan belum adanya pembagian kerja. Kita mungkin mengingat dulu ada Raja Obat yang dimana mampu (katanya) untuk mengobati berbagai macam penyakit, atau dalam hal pekerjaan ketua suku bisa merangkap hakim, penghulu bahkan panglima perang. Bergulir ke pertengahan abad 17 muali bergulirnya abad penalaran ( the age of reason). Pada zaman itu semua kita anggap sebagai pengetahuan dari mulai berburu, cara mengobati sakit gigi bahkan sampai biografi para dewa di kayangan.
                 Setelah perang dunia II muncullah paradigma “konsep sistem” yang diharapkan sebagai alat untuk pengkajian bersama antar-disiplin keilmuan. Paradigma sendiri merupakan konsep dasar yang dianut dan diamalkan suatu masyarakat tertentu termasuk masyarakay ilmuawan. Jelaslah pendekatan indisipliner bukan merupakan fusi antara berbagai disiplin keilmuan yanhg akan menimbulkan anarki keilmuan, melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu, di mana tiap disiplin keilmuan dengan otonimnya masing-masing, saling menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji objek yang menjadi telaan bersama.

16 
Pengetahuan:
Sebuah Catatan Perjalanan

Pengetahuan pada hakikatnya meupakan segenap apa yang kita ketahui tentang segala sesuatu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian yang di ketahui oleh manusia, disamping pengetahuan lainnya seperti filsafat, seni dan agama. Kita mempunyai pengetahuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasaannya. Bahakan bayi pun mempunyai bahasanya sendiri untuk menunjukan dia lapar, ngantuk, mau pipis, dan sebagainya.
                  Pada dasarnya setiap pengetahuan menjawab menjawab jenis pertanyaan tertentu yang di ajukan.  Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama pula memasuki pula daerah penjelajahan yang bersifat transedental yang berada di luar pengalaman kita.

Pengetahuan yang dapat diandalkan

Epistomolgi adalah landasan kefilsafatan yang membahas prosedur untuk memperoleh pengetahuan. Setiap jenis pengetahuan dicirikan oleh tiga pikiran dasar kefilsafatan yaknini apa yang di telaahnya (onotologi), bagaimana caranya memperoleh pengetahuan dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan(axiologi). Aksiologi lebih banyak membahas nilai kegunaan pengetahuan bagi manusia dan bukan fungsi kegunaan dari pengetahuan tersebut. Fungsi kegunaan pengetahuan merupakan bagian integral dari epistomologi. Fungsi kegunaan dari pengetahuan itu akan masuk kedalam  epistemologi sedangkan wilayah penjelajahan terkait dengan ontologi.

           Dengan pengetahuan ilmiah manusia mampu mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala alam. Itulah sebenarnya titik pemberangkatan penjelajahan pengetahuan ilmiah yang sekaligus menjadi titik akhir perjalanannya. Hal ini sering tidak kita sadari karena kita sering terfokus terhadap aspek-aspek teknis dari kegiatan keilmuan sehingga kita lupa tujuan utamanya dari penyusunan pengetahuan ilmiah. Untuk bisa meramalkan atau mengontrol sesuatu, maka kita harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu. Terkadang ilmu hanya menjadi kumpulan rumus yang kita kuasai tanpa tau makna dari ilmu tersebut , bahkan banyak kurang mengetahui apa sebenarnya fungsi kegunaan dari teori ilmiah.

Antara Ilmu dan Seni

Seni mencoba mengungkapkan seluruh realitas objek sehingga menjadi bermakna bagi kehidupan manusia, sedangkan ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstrasikan realita menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional.

Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impresional, sedangkan seni tetap bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatiannya pada “pengalaman hidup manusia perseorangan”. Pengalaman itu diungkapkan agar dapat dialami orang lain dengan “menjiwai” pengalaman tersebut.

Seni Terapan(Applied Arts) dan Seni Halus(Fine Arts)

Diperhatikan nenek moyang kita pun takjub memerhatikan berbagai kekuatan alam yang terdapat di sekeliling mereka dari mulai banjir, gunung meletus, sampai gempa bumi. Merekbera merasa tak berdaya menghadapi kekuatan alam yang begitu besar itu, ynag dianggap sebagai kekuatan yang luar biasa. Merekapun mengaitkannya dengan makhluk yang luar bisa seperti dewa, atau kesaktian dan perangainya. Karena gejala alam sukar diramalakn maka muncullah dewa-dewa yang pemarah, dendam ataupun mudah jatuh cinta. Manusia pada taraf ini sudah mulai menafsirkan tentang apa yang terjadi dengan alam secara fisik.

Dengan mengembangkan penafsiaran tertentu mereka lalu mempunyai suatu pegangan walaupun seberapa primitif atau takhayulnya. Seperti disaat dewa hujan mengeluarkan air yang begitu banyak sehingga panen hancur, mereka berfikir mungkin dewa sedang marah, ataupun hal-hal yang lain. Berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode coba- coba.

Perkembangan ini memicu tumbuhnya pengetahuan yang disebut seni terapan yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan badani sehari-hari di samping seni alus yang bertujuan untuk memperkaya spiritual. Seni terpakai ini pada hakikatnya mempunyai dua ciri yakni pertama, bersifat deskriptif dan fenomologis dan, kedua ruang lingkup terbatas. Deskriptif lebih kearah pengkajian yang bersifat empiris. Peradaban pada seni terapan melakukan dengan cara mencoba-coba sedangkan pada peradaban ilmiah memusatkan perhatiannya kepada penemuan konsep yang akan mengarahkan pada kegiatan selanjutnya. Bagi peradaban Timur yang kulturalnya mementingkan etika yang tujuannya adalah kearifan(wisdom) mereka kurang berkembang dalam ilmu.

Akal Sehat dan Mencoba-coba

Akal sehat (common sense) mencoba-coba (trial and error) mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia mengenai penjelasan tentang gejala alam. Tiap peradaban betapapun primitifnya memiliki kumpulan pengetahuan yang berisi akal sehat. Jadi akal sehat terlepas dari berbagai kelebihannya, mempunyai kekurangan yang harus di perhitungkan. Masih banyak orang yang  berpaling dari akal sehat meskipun ia paham bahkan mengusai teori akan itu.

Rasionalisme dan Epirisme

Perkembangan selanjutnya dari akal sehat adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan pemikiran-pemikiran yang bersifat mitos. Rasionalisme bersifat majemuk dengan berbagai kerangkai pemikiran yang di banhgun secara deduktif di sekitar objek pemikiran tertentu. Di samping itu rasionalisme dengan pemikiran deduktifnya sering menghasilkan kesimpulan, yang sahih bila di tinjau dari alur-alur logikanya, namun sangat bertentangan dengan sebenatrnya.

Empirisme menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu di dapat dari pengalaman. Dipelopori oleh filsuf-filsuf inggris maka berkembanglah cara berfikir empiris yang menjauhi spekulasi dan metafisis. Metafisis menurut David Hume(1711-1776) adalah “khalayan yang dibuat-buat”. Ilmu mencoba menafsirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan tentang berbagai kejadian. Pengkajian ilmu yang sekedar pada kulit luarnya saja tanpa mendalam tidak akan memungkinkan kita pada teori- teori yang mendasar. Berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pengujian yang dilakukan secara empiris.

Metode Eksperimen

Metode ini dikembangkan oleh sarjana-sarjana muslim pada abad keemasan islam pada abad ke X dan XII Masehi. Semangat mencari kebenaran oleh orang yunani yang runtuh di bangkitkan kembali oleh orang islam. Eksperimen yang dilakukan dari mulai alkimia, obat-obatan sampai membuat emas dan logam.

              Pengembangan metode eksperimen yang berasal dari peradaban islam ini mempunyai pengaruh penting terhadap cara berpikir manusia sebab denga demikian maka dapat diuji berbegai penjelasan teoretis apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Galileo (1564-1642) dan Newton (1642-1727) merupakan pionir yang mempergunakan gabungan berpikir deduktif dan induktif ini dalam penelitian ilmiah mereka.

Dengan berkembangnya metode ilmiah dan diterimanya metode ini sebagai paradigma oleh masyarakat keilmuan maka sejarah kemanusiaaan menyaksikan perkembangan pengetahuan yang sangat cepat. Dirintis oleh Copernicus(1473-1543), Tycho Brache(1546-1601), Johannes Kepler (1571-1630), Galileo (1564-1642) dan Newton (1642-1727) ilmu mendapatkan momentumnya pada abad ketujuh belas dan seterusnya tinggal landas. Gejala ini sebenarnya tidak sukar untuk dijelaskan sebab metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir yang telah ada dan mencoba untuk memperkecil kekurangannya.

Dewasa ini terdapat kecenderungan cara berpikir ilmuan yang bersifat ahistoris,yang berdasarkan pandangannya yang melupakan sejarah ini mengembangkan epistemologi keilmuan yang pada hakikatnya berjalan mundur pada cara berpikir lama yang telah ditinggalkan.

Dunia konsep yaitu sekumpulan fakta yang telah direduksikan menjadi pernyatan abstrak. Berpikir dengan mengacu kepada konsep, atau mempergunakan konsep sebagai dasar argumentasi anda, dinamakan berpikir secara konseptual/ konsepsional. Berpikir secara konsepsional ini merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan keilmuan di samping berpikir nalar dan berpikir antisipatif.
Konsep dan kejelasan.

Ilmu berfungsi sebagai acuan dalam mendeskripsikan,menjelaskan,meramalkan dan mengontrol gejala alam. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diproses melalui prosedur yang disebut metode ilmiah.

Sampai pertengahan abad ketujuhbelas komunikasi antar ilmuwan dilakukan melalui korespondensi pribadi atau publikasi makalah atau pamflet yang dilakukan sewaktu-waktu. Pada dasarnya ilmu dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit dimana para ilmuan memberikan sumbangannya menurut kemampuannya. Tidaklah benar adanya anggapan bahwa ilmu dikembangkan hanya oleh para jenius yang bergerak dalam bidang keilmuan. Ilmu secara kuantitatif dikembangkan oleh masyarakat keilmuan secara keseluruhan, meskipun tentu saja beberapa orang jenius seperti Newton atau Einstein, merumuskan landasan baru yang bersifat mendasar.

Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan yang menguasai gejala tsb berdasarkan penjelasan yang ada.

Penjelasan keilmuan juga memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi, dan berdasarkan  ramalan tsb kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol, agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak. Jadi pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai empat fungsi, yakni mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. Kita dapat memanfaatkan pengetahuan ilmiah sesuai dengan ruang lingkup dan kemampuan pengetahuan tersebut. Tantum possumus, ujar Francis Bacon, quantum scimus ( kita dapat melakukan sesuatu sebatas yang kita tahu).

Disamping mendiskripsikan suatu objek dengan baik ilmu mempunyai kemampuan menjelaskan yang sangat efektif. Secara garis besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni penjelasan deduktif,probalistik, fungsional atau teleologis, dan genetik. Penjelasan deduktif mempergunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Penjelasan probalistik merupakan penjaelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus yang tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan yang bersifat peluang seperti “kemungkinan”, “kemungkinan besar” atau “hampir dapat dipastikan”.

Penjelasan fungsional atau teleologis merupakan penjelasan yang meletakan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu. Penjelasan genetik merupakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian.

Teori Ilmiah

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup deskripsi dan penjelasan mengenai suatu objek tertentu. Teroti ini biasanya berada di bawah payung dari sebuah disiplin keilmuan tertentu. Umpamanya teori ekonomi berada dalam payung ilmu ekonomi. Teori ekonomi ini pun dirinci dalam teori yang cakupannya lebih kecil umpamanya teori mikro ekonomi dan teori makro ekonomi. Kista sering menemukan juga hubungan dua buah proposisi penting yang selanjutnya dinama kan sebagai hukum.

Contohnya hukum permintaan dan penawaran. Kadang- kadang kita menemukan satu proposisi yang sangat penting dalam suatu teori keilmuan sehingga dinamakan dengan sebutan khusus seperti prinsip ekonomi dalam pertukaran benda atau asas black dalam pertukaran-pertukaran panas.Secara substantif teori terdiri dari subteori, hukum,prinsip,asas, dll. Secara semantik teori melambangkan abstraksi pemikiran tentang suatu objekdalam berbagai bentuk substantif tersebut.

Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep maka semakin teoretis pula konsep tersebut. Pengertian teoretis disini merupakan abstraksi dari realitas di mana semakin tinggi tinggi tingkat keumuman sebuah teori maka semakin jauh dia dari realitas secara fisik. Sebenarnya tujuan akhir dari disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat umum, utuh dan koheren. Teori umum yang bersifatutuh dan konsisten ini belum bisa dicapai sepenuhnya oleh disiplin keilmuan mana pun. Fisika teoretis merupakan teori yang paling maju dalam bidang ilmiah namun secara keseluruhan belum membentuk teori yang ututh dan koheren. Fisika teoretis terdiri dari berbagai teori yang dikembangkan Newton, Maxwell , Einstein, Schrodinger dan ahli-ahli fisika lainnya.

Teori ilmu sosial 

Ilmu – ilmu sosial pada kenyataannya terdiri dari berbagai teori yang dikembangkan secara terpisah dan terpilah yang mempunyai otoritas dalam cakupan yang sangat terbatasnumpamanya teori motivasi Maslow yang sering kita kutip sebagai contoh disamping teori motivasi maslow ini, kita akan menemukan berbagai teori motivasi yang pada kahikatnya adalah sama, tapi pada artikulasinya tampil berbeda.

Dari Homo Sapiens ke Homo Faber

Konsep yang teoritis karena sifatnya yang mendasar sering tidak langsung mempunyai kegunaan praktis. Kegunaan sebuah konsep yang bersifat toeritis baru dapat dikembangkan sekiranya konsep yang bersifat dasar tersebut dapat diterapkan pada masalah yang bersifat praktis dan dari pengertian inilah kita dapat mendengar konsep dasar dan konsep terapan,  ilmu dasar dan ilmu terapan serta penelitian dasar dan peneniltian terapan.

Manusia disebut Homo faber(makhluk yang membuat peralatan) disamping Homo sapiens(makhluk yang berfikir) yang mencerminkan kaitan antar pengetahuan yang bersifat teoritis dengan teknologi yang bersifat praktis. Berbeda dengan pengetahuan lainnya seperti seni yang bersifat estetis maka ilmu adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupannya. Namun dengan perkembangan keara kedewasaanya serta kemampuan dalam penerapannya, maka ilmu harus dibedakan dengan pengethuan-pengetahuan lainnya. Terutama dari segi kemapuannya untuk memecahkan masalah praktis.

Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan dapat diibaratkan sebagai piramida terbalik yang melambangkan pengetahuan yang terus berkembang. Dari bagian piramida yang paling dasar dapat disebut postulat. Postulat merupakan anggapan dasar tentang objek yang menjadi focus penelahaan kita. Postulat ini kebenarannya tidak memerlukan verifikasi empiris sebab postulat bukanlah sifat yang melekat pada objek yang kita telaah melainkan cara pandang kita terhadap objek  tersebut. Lain halnya dengan asumsi yang merupakan anggapan dasar tentang realitas objek yang sedang kita telaah. Asumsi ini harus di verifikasi kebenarannya agar sesuai dengan relitas yang di manifestasikannya. Walaupun demikian kedudukan potulat ini penting sekali sebab akan mempunyai konsekuensi pada langkah-langkah selanjutnya.

Baik ilmu ekonomi maupun manajemen menjadikan manusia sebagai objek telaahannya. Ilmu ekonomi mengasumsikan manusia sebagai makhluk hedonis, Dari asumsi ini berkembang prinsip ekonomi yang telah kita sebut tadi. Dan dari asumsi dan prinsip tersebut berkembang terminologi  Homo Economicus atau makhluk ekonomi yakni makhluk hedonis yang berupaya mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya dengan penorbanan sekecil-kecilnya.

Teori Nomotetis dan Genetis

Di atas pikiran dasar keilmuan berupa postulat, asusmi, dan prinsip maka dibangunlah tubuh pengetahuan ilmiah.  Tubuh pengetahuan ilmiah ini pada hakekatnya merupakan pengetahuan teorotis yang disusun secara sistematis. Pada hakekatnya berfungsi untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam. Teori yang mampu melaksanakan keempat fungsi ini secara lengkap dinamakan teori nomotetis. Kebanyakan dari ilmu-ilmu social tidak mampu mengemangkan teori yang bersifat nomotetis ini disebabkan realitas social dimana ilmu itu diterapkan bersifat tidak konstan melaikan sangat bervariasi. Dalam ilmu alam, terutama fisika, kita bisa melakukan deduksi murni dari teori-teori yang ada sebab dimana dan kapan pun hasilnya akan sama. Rel kereta api di Negara yang paling miskin akan tetap memanjang bila terkena panas sesuai dengan hokum pemuaian yang juga berlaku di Negara yang paling kaya. Akan tetapi tidak halnya demikian dengan manusia. Mereka yang tidak hidup dalam tabung yang kedap udara melainkan hidup dengan budaya masing-masing yang berbeda. Untuk itulah maka ilmu social mengalihkan penelaahannya dari  teori nomotetis ke teori genetis. Teori genetis adalah teori yang bersifat mendeskripsikan dan menjelaskan namun tidak mempredikisikan dan mengontrol.

                  Selain dalam ilmu-ilmu social, teori genetis ini juga dikembangkan dalam ilmu-ilmu lainnya, contohnya dalam ilmu kedokteran yang mendeskripsikan dan menjelaskan substansi fungsi organ tubuh manusia. Hal ini harus menyadarkan peneliti ilmu-ilmu social bahwa kita tidak mengekor pada penelitian ilmu-ilmu alam. Deduksi dalam ilmu alam selalu bersifat tautologies sedangkan ilmu social bisasangat bervariasisesuai dengan realitas yang sedang dihadapi.

                 Itulah sebabnya maka penalaran ilmu social menjadi lebih berfungsi ketimbang ilmu alam. Dan inilah yang mendorong kita untuk menyarankan bahwa pendidikan keilmuan lebih memperhatikan ilmu social dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir ilmiah dalam system pendidikan. Apalagi kebanyakan luluasan setelah tamat belajar, tidak bekerja sebagai ilmuan dilaboratorium  yang sterill melainkan hidup dalam realitas hidup yang penuh dengan dinamika social. Semoga ilmuan social dapat menemukan kebanggan dirinya dalam profesinya dengan tidak hidup dibawah bayang-bayang disiplin keilmuan lain. Semoga ilmuan social menikmati dinamika dalam penalaran yang menjadikan penelitian sebuah avontur idea yang menyenangkan.

Konsep dan Penalaran

Kalau kita lihat dalam kehidupan nyata menemukan sekumpulan sampah yang mengonggok diselokan menyebabkan banjir maka hubungan sebabakibat yang bersifat actual ini tidak terlalu membutuhkan penalaran. Kedua factor yang terlibat dalam hubungan kausalitas ini berada pada tempat yang sama dan dapat kita saksikan secara kasat mata.

Secara sendiri-sendiri kosep genetis ini mempunyai kemampuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan secara terbatas yakni mengenai kaitan fusional antara berbagai elemen yang membentuk teori tersebut. Namun jika konsep-konsep ini dibutuhkan dalam penalaran, maka akan terbentuk pengetahuan yang baru, yang bukan saja mampu mendeskripsikan dan menjelaskan namun juga mampu meramalkan dan mengontrol seperti yang dilakukan teori nomotetis.

Hakikat Ilmu Merupakan Sebuah Tinjauan Filosofi

                     Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri.
pengetahuan (knowledge) mempunyai berbagai cabang pengetahuan lainnya di samping ilmu anatara lain adalah filsafat, seni dan agama.

Tiap cabang pengetahuan di landasi oleh ontology, epistomologi, aksiologi masing masing.
jadi antologi ilmu,epistomologi ilmu, dan aksiologi ilmu yang memberikan karakteristik “ ilmiah “ kepada cabang pengetahuan ini.

Kosakata lain dari kata ilmu dalam bahasa Indonesia yakni “ilmu pengetahuan” atau sains. Kata ilmu untuk scince karena sudah terdapat “ilmuan” atau scientist dan metode ilmiah.

Pengetahuan 

Pengetahuan dalam arti luas yaitu segenap apa yang kita tahu tentang suatu objek tertentu.
pengetahuan secara umum merupakan terminilogi generic yang mempunyai cabang cabang pengetahuan  yang bersifat spesifik. Cabang pengetahuan yang spsesifik ini yang dicirikan sebagai ontology, epistomologi, dan aksiologi dicirikan sebagai “ cara pandang “ dan “ objek pandang.

Ontology ilmu

Ontology ilmu yaitu pengetahuan yang mencoba mempelajari realitas dunia fisik yakni seperti dunia yang kita tangkap melalui pancaindra. Aspek ontology mengkaji kefilsafatan yang mempelajari hakikat realitas disebut metafisika. Metafisika memiliki dua aspek yaitu ontology dan kosmologi. Aspek ontology mengkaji masalah fundamental dari realitas ruang dan waktu sedangkan kosmologi mengkaji masalah mengenai keterkaitan seluruh entitas .ontologi mengkaji prinsip prinsip realitas itulah yang akan dipilih oleh pengetahuan ilmiah menjadi landasan metafisikanya.

Ontology ilmu mencakup batas telahan yang di kaji ilmu hanya pada dunia dan dapat di jangkau oleh pancaindra yang memiliki karakterisik :
1. Realitas adalah gejala fisik
2. Berwujud sebagai fakta atau data
3. Merupakan perkiraan dari kenyataan yang sebenarnya
4. Dinyatakan sebagai mana adanya.


Kegunaan ilmu

Kita sering menemukan dalam proses pendidikan kita bahwa penguasaan teori ilmiah seakan menjadi tujuan akhir dari kegiatan pendidikan. Pengetahuan yang di ajarkan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan pada akhirnya harus di evaluasi. Evaluasi ini yang  bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan ilmiah itu secara aplikatif dalam pemecahan masalah.

Contoh kegunaan ilmu

Kita ingin memecahkan persoalan keamanan naik bis, apabila supir bus mengendarai mobilnya dengan cara ugal-ugalan, faktor apa yang menyebabkan supir bus ini ugal-ugalan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus memilih teori maslow yang menyatakan tingkah laku manusia di dorong oleh adanya kebutuhan.kebutuhan yang pertama yaitu:
1. Fisiologis
2. Rasa aman
3. Afiliasi
4. Harga diri
5. Aktualisasi diri

Kebutuhan ekonomi merupakan dorongan sopir bis kota dalam mengendarai bisnya tanpa mempedulikan rasa aman. Rasa aman ini baru akan muncul kalau kebutuhan ekonomi telah terpenuhi.

               Pemenuhan kebutuhan ekonomi ini, dalam situasi kehidupan dan kondisi jalanan yang ada, baru dapat dipenuhi bila kita mau berusaha dengan segala cara. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan memanfaatkan bisnya semaksimal mungkin agar “setoran” (kebutuhan ekonomi) dapat terpenuhi.

               Yang membedakan anda dengan anak kecil ialah bahwa anda berpikir secara konseptual dan bukan sekedar faktual. Bila anda masih berpikir seperti anak kecil itu, tanpa pemikiran konseptual yang anda punyai untuk menafsirkan gejala faktual, maka 15 tahun yang anda habiskan dalam sistem pendidikan adalah sia-sia.

Namun harus diingat bahwa tujuan akhir kita bukanlah penelitian melainkan menemukan jawaban untuk menanggulangi perilaku supir bis kota yang ugal-ugalan. Penelitian adalah kegitan perantara untuk menguji dugaan kita apakah didukung data ata tidak.

Tujuan akhir dari penelitian akademik adalah rekomendasi pemecahan masalah berdasarkan “tesis” yang telah teruji kebenarannya. Dengan kata lain, “semakin tinggi pemenuhan kebutuhan ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat keamanan dalam mengendarai kendaraan.

Implikasi penelitian

Sering kita temukan dalam penelitian akademik bahwa setelah hipotesis berhasil diuji penelitian seakan berhenti. Dalam laporan penelitian setebal 200 halaman kadang-kadang hanya 2 halaman yang membahas implikasi dan saran penelitian ini. Dan dalam dua halaman ini kita temukan pernyataan yang tidak operasional malinkan pernyataan politis seperti kampanye calon anggota legislatif.


Tugas utama penelitian adalah menyusun dan menguji keabsahan teori tersebut. Namun bagi penelitian terapan yang bertujuan untuk memecahkan masalah tertentu maka menemukan hipotesis yang teruji hanyalah merupakan langkah awal untuk mengembangkan pemecahan masalah yang sebenarnya. Pemecahan masalah ini bukanlah sekedar saran “agar ini” atau “agar itu” melainkan saran yang lengkap dari A sampai Z dalam rangka penyelesain secara tuntas. Tidak perlu banyak rekomendasi, satu saja sudah cukup, asal bersifat operasional dan kompheresif.

             Kalau penelitian di atas mempergunakan teori Maslow, dan kesimpulan bahwa kebutuhan ekonomi yang belum terpenuhi menyebabkan tingkah laku “mengejar setoran” yang sesuai dengan teori Maslow; maka tujuan penelitian ini bukanlah melakukan verifikasi terhadap teori Maslow, melainkan mempergunakan teori Maslow sebagai “justifikasi” bagi penemuan penelitian yang dipergunakan sebagai dasar bagi pemecahan masalah.

Ilmu berfungsi tidak sekedar untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksikan gejala alam namun juga sekaligus mengontrolnya. Pemecahan terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian, yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengontrol kejadian agar sesuai dengan kehendak kita, merupakan tujuan utama penelitian dan bukan pengujian hipotesi.

            Penelitian menyimpulkan bahwa tindakan ugal-ugalan supir bis kota disebabkan belum terpenuhinya kebutuhan ekonomi. Jadi untuk menanggulangi tindakan ugal-ugalan ini maka harus dilakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Banyak peneliti berhenti di sini dan tidak merinci lebih jauh bagaimana upaya pemenuhan kebutuhan ini dilakukan. Sebenarnya, justru di sinilah kualitas mutu penelitian yang sesungguhnya ditentukan. Peneliti secara bebas bisa mengeksplorasi berbagai kemungkinan tanpa dibatasi apa pun selama pembahasan dilakukan secara nalar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan menerapkan teori Maslow kepada upaya pemecahan masalah ini maka kita pun dapat mengembangkan skenario di mana kebutuhan ekonomi telah terpenuhi dan kebutuhan rasa aman yang mendominasi perilaku. Dalam skenario ini, karena kebutuhan ekonomi telah terpenihi, maka supir bis kota akan sangat memperhatikan keamanan dalam mengendarai kendaraannya sehingga terhindar dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Tentu saja, rasa aman dalam berkendara ini tidak semata ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan ekonomi. Terdapat berbagai faktor lain yang ikut mempengaruhi hal ini seperti ditegakannya hukum berlalu lintas, disiplin supir dalam berkendaraan dan kondisi jalan yang kondusif.

Teori vs Kerangka Berpikir 

Dalam penelitian ilmu-ilmu alam yang dilaksanakan di laboratorium, lingkungan penelitian dapat dikontrol secara fisik. Jika kita ingin mengetahui hubungan tekanan dengan volume udara maka faktor lainnya seperti temperatur dapat dikontrol.

Tetapi dalam ilmu-ilmu sosial, dimana laboratoriumnya adalah kehidupan, kontrol secara fisik adalah mustahil dilakukan, dan bila pun hal ini dipaksakan maka kedaannya menjadi tidak alamiah dan menjadi artifisial.

Itulah sebabnya maka dalam penelitian ilmu-ilmu alam, yang mempergunakan metode eksperimen, ilmuan sudah “terkondisikan “ untuk secara langsung menarik kesimpulan dari data empirik tanpa terlalu memperhatikan teori keilmuan secara a priori (sebelum kesimpulan ditarik).

                 Dalam masalah mengenai pemanasan global (global warming) ilmuan tidak sependapat mengenai penjelasan mengenai mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi. Mengenai peran gas rumah kaca terhadap pemanasan global, yang bukan pada tempatnya untuk dibahas disini.
Hal yang ingin dikemukakan ialah bahwa dalam situasi tidak adanya kesamaan pandangan teoritis mengenai satu kejadian, atau sama sekali tidak terdapat teori formal yang secara langsung dapat menjelaskan suatu kejadian, maka kita harus menyusun kerangka berpikir agar kita tidak mendek dalam penelitian kita. Kerangka berpikir ini merupakan argumentasi yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu bisa terjadi yang kesimpulannya berupa hipotesis yang dapat di verifikasi secara empiris.

Ilmu-ilmu sosial tidak lagi mengembangkan teori nomotesis yakni teori yang mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam melainkan “ teori genetis” yakni teori yang mendekskripsikan substansi (objek) tertentu. Teori genetis mencakup deskripsi mengenai karakteristik entitas tertentu dari berbagai segi. Katagoris, relasi, fungsi, cara kerja, pengembangan dan sebagainya.

Penguasaan Sarana Berpikir Ilmiah

Salah satu kemampuan istemewa manusia, yang tidak dipunyai makhluk lain adalah kemampuan berbahasa. Penelitian terakhir menyimpulkan bahwa bahkan bayi pun mengembangkan bahasa untuk menyatakan bahwa mereka lapar, merasa tidak nyaman atau ingin buang air. Melalui bahasa inilah manusia mampu mengartikulasikan pikirannya dan menyampaikan buah pikiran itu kepada orang lain.

Matematika membantu manusia untuk melakukan proses berpikir dedukatif yang canggih dan rumit yang tak mungkin dilakukan oleh bhasa verbal di samping kemampuan lainnya yang bersifat terukir secara kuantitatif.

Manusia dibantu oleh statistika yang juga membantu manusia dengan kemampuan lain seperti penarikan kesimpulan secara praktis dan ekonomis dengan mempergunakan metode pengambilan contoh (sampling method).Semua sarana pengetahuan ilmiah ini harus dikuasai dengan baik sebagai prasarat untuk menguasai ilmu dan teknologi.

Keutuhan pengetahuan 

Pengetahuan ilmiah berkembang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Dunia non-ilmiah ini dikenal sebagai humaniora (humanities) yang mencangkup semua cabang pengetahuan. Terkecuali ilmu dan sarana yang secara khusus terkait dengannya seperti matematika dan statistika. Matematika adalah pengetahuan berdasarkan dedukasi dan statistika adalah pengetahuan berdasarkan induksi, namun karena keduannya terkait erat degan kegiatan ilmiah, maka mereka dikelompokan dalam dunia keilmuan an vis-a-vis dunia humaniora.

Pengetahuan dapat dibayangkan sebagai bangunan, dibawahnya terdapat “kapling” yang merupakan wilayah di mana pengetahuan itu dibangun. Di atas kapling itu didirikan “bangunan” yang merupakan tubuh pengetahuan yang diperoleh dan disusun diatas bangunan terdapat “ atap” yang merupakan nilai yang melindungi bangunan tersebut. Kita dapat mengenal setiap bangunan dari rancang bangun pengetahuan tersebut yang terdiri dari tiga komponen yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi masing-masing.

Kapling pengetahuan adalah landasan ontologi pengetahuan tersebut yang merupakan batas-batas penelaahannya.  Nilai internal juga memberikan landasan moral tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diteliti, umpamanya saja penelitian rekayasa genetika yang penuh dengan kontroversi. Nilai eksternal merupakan nilai yang mengarah ke luar yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan yang diperoleh harus dimanfaatkan bagi kebaikan manusia dan lingkungannya.

19. Metodologi Ilmiah:

Epistemologi Pemecah Masalah

Epistemologi adalah landasan kefilsafatan yang berkaitan dengan proses penemuan dan penyusunan pengetahuan. Epistemologi ilmu adalah bagian dari filsafat ilmu yang membahas proses dan penyusunan pengetahuan ilmiah.

Metode ilmiah adalah cara atau prosedur untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dengan langkah-langkah yang sistematis. Metodologi adalah pengetahuan tentang metode, atau lebih rinci lagi, kajian yang mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat sebuah metode.

Fakta : Titik Awal dan Titik Akhir Penelaahan Ilmiah 

Unsur pertama yang berkaitan dengan metode ilmiah ialah wilayah penjelajahan yang dicakup dalam kegian ilmiah serta penafsiran tentang realitas yang ada di dalam wilayah kegiatan itu.
Ilmu realitas adalah kumpulan fakta yang dapat dijangkau oleh pancaindera.keberhasilan manusia mengembangkan pertanian dan peternakan ini merupakan salah satu revolusi penting dalam kehidupan manusia yang mengubah seluruh pola kehidupan dan pemikirannya. Bedanya ialah bahwa kalau nenek moyang kita mempelajari alam mempergunakan akal sehat(commen sense) mereka maka kita mempergunakan akal sehat yang lebih canggih yakni “akal sehat yang terdidik” (educated commen sense).

Konsepsi adalah gagasan atau idea yang diabstraksikan dari fakta-fakta yang memungkinkan kita untuk memahami secara sekaligus berbagai fakta yang tercakup dalam konsepsi tersebut.

Dari Fakta ke Teori

Paham empirisme berpendapat bahwa lewat proses induksi kita akan dapat menyusun teori ilmiah yang mampu menafsirkan secara konsepsional berbagai fakta di dunia empiris. Pendapat ini adalah tidak benar sebab induksi hanya mampu menarik kesimpulan kausal tentang hubungan faktual namun tidak mungkin menyusun teori yang bersifat konsepsional.

Hipotesis adalah serangkaian pernyataan yang dideduksikan dari teori ilmiah yang kebenarannya dapat diuji di dunia empiris. Hal ini berarti bahwa teori yang berawal dari pengamatan empiris,kemudian disusun secara deduksi berdasarkan serangkaian postulasi,

akhirnya kembali ke dunia empiris untuk diuji kebenarannya. Untuk memudahkan analisis dinamakan epistemologi penemuan teori baru. Epistemologi ini digambarkan dalam Bagan 2-1.

Deduksi Hipotesis

Hukum pembentukan harga dalam ilmu ekonomi yang menyatakan bahwa :
(1) jika permintaan tetap sedangkan penawaran naik maka harga akan turun dan
(2) jika permintaan tetap sedangkan penawaran turun maka harga akan naik.

Verifikasi empiris pada pernyataan tersebut dapat dilakukan pada benda ekonomi yang mempunyai permintaan tetap sepanjang waktu seperti beras.
Musim panen produksi melimpah yang berarti penawaran naik.Karena penawaran naik sedangkan permintaan tetap maka harga akan turun. Sebaliknya, pada musim paceklik persediaan di pasar akan berkurang sehingga penawaran akan turun.

Berdasarkan argumentasi diatas kita mengajukan hipotesis bahwa “harga beras pada musim panen akan turun sedangkan harga beras pada musim paceklik akan naik”. Kenyataan di lapangan memang mendukung kebenaran hipotesis ini.

Deduksi Nomologis, Deduksi Rasional dan Rational Choice Theory (RCT)

Deduksi semacam dinamakan deduksi nomologis yang berarti bahwa argumentasi yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan berasal dari teori atau pernyataan yang sama, hanya dapat dilakukan oleh teori nometetis yakni teori yang berfungsi untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam.

Sensitizing concept , Teori semacam ini hanya memberikan sedikit proposisi yang rinci untuk memperoleh hipotesis yang bisa dibuktikan. Teori semacam ini berguna sebagai kerangka acuan.
Teori yang lebih sederhana , yang disebut middle range theory (teori jalan tengah), yang digagas oleh Robert Merton, telah dicoba dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial. Walaupun demikian teori jalan tengah ini jumlahnya terlalu sedikit sehingga peneliti ilmu-ilmu sosial sering tidak bisa menemukan teori yang bisa dijadikan payung bagi penelitiannya.

      Untuk tujuan analisis, maka teori yang tidak bersifat nometetis ini, kita sebut sebagai teori genetis. Jadi disinilah tahap perkembangan ilmu-ilmu sosial dewasa ini, atau the state of the art, yang menjadi pangkal tolak untuk pengembangan ilmu-ilmu sosial selanjutnya.

                  Rational Choice Theory (RCT) sebagai dasar filosofis untuk melakukan prediksi RCT ini dikembangkan bersama oleh George Homans (1961), Peter Blau (1964), dan Coleman (1973). Dalam RCT , unit elementer dari kehidupan sosial adalah individu dan semua gejala sosial yang kompleks dapat dijelaskan melalui tindakan individu yang merupakan bagian dari sistem yang kompleks tersebut.

RCT menganggap bahwa individu harus dapat mengantisipasi hasil dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan dan memilih alternatif yang terbaik bagi dia. Individu yang rasional akan memilih alternatif yang memberikan kepuasan tertinggi.

RCT dapat dipergunakan untuk mengembangkan model realitas yang kebenarannya dapat diuji secara empiris. Sebagai contoh dalam buku ini dibahas Konsep Pembangunan Manusia yang didasarkan pada teori nomotetis mengenai kesinambungan konseptual antara pengetahuan, sikap dan perilaku.
Kecenderungan untuk bertindak (konasi) akan meningkat kalau komponen nilai dalam ranah afektif terorganisasikan dalam bentuk sistem nilai, dan kondisi objektif yang menunjang akan memperbesar peluang potensi konasi untuk menjadi tindakan yang aktual.

Tujuan utama dari penelitian akademik bukanlah menguji hipotesis melainkan menyusun program aksi (action program) berdasarkan tesis yang telah teruji.

Epistemologi Pemecahan Masalah

Epistemologi penemuan teori baru adalah prosedur yang diakukan melalui metode ilmiah untuk menemukan teori baru sebagaimana yang telah kita bahas diatas. Untuk tujuan penelitian akademik kita akan mengembangkan prosedur baru yang dinamakan epistemologi pemecahan masalah.
Meskipun ilmu berpijak di dunia empiris namun ilmu juga mengakui dunia rasional sebagai sumber kebenaran yang dapat diandalkan. Idea yang bersifat apriori ini adalah teori ilmiah yang kita kenali lewat proses belajar teori keilmuan.

Induksi dilakukan dalam rangka hipotesis yang kita ajukan. Akan lebih tepat lagi, pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka pemecahan masalah diarahkan oleh hipotesis yang diajukan.
Tidak sebagaimana yang dituduhkan bahwa epistemologi pemecahan masalah adalah penelitian untuk melakukan verifikasi terhadap teori yang sudah ada.

Baik epistemologi penemuan teori baru maupun epistemologi pemecahan masalah keduanya mempergunakan metode logico-hypothetico-verifikatif. Epistemologi pemecahan masalah meninggikan cara berpikir rasional dan konseptual dengan tujuan memanfaatkan secara maksimal berbagai pengetahuan ilmiah yang telah dipelajarinya selama ini.

Penelitian dengan hanya mengandalkan induktif ini adalah metode paham empirisme yang berasal dari induksi Baconian dan bukan metode ilmiah yang menggabungkan paham epirisme dan rasionalisme dengan jembatan hipotesis. Bagi peneliti akademik , prosedur semacam ini tidak bersifat mendemonstrasikan metode ilmiah yang sesungguhnya sebagai sintetis dari cara berpikir rasional dan empiris serta gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.

Evaluasi Kritis

Hipotesis yang ditolak bukan berarti konsep pemecahan yang diajukan itu tidak benar namun mungkin saja bahwa penolakan ini disebabkan oleh hal lain. Kita harus mengeksplorasi sebab evaluasi yang bersifat kritis terhadap hasil pengujian hipotesis. Sebab lain ialah kemungkinan bahwa kita melakukan kesalahan dalam penyusunan kerangka berpikir. Untuk itu sekiranya hipotesis kita ditolak.

                   Mungkin saja kita melakukan kesalah dalam serangkaian kegiatan perencanaan yang mencakup menyusun instrumen, memilih responden , cara mengumpulkan data dan sebagainya.
Kesalahan dalam metodologi penelitian ini umpamanya kita terlalu prematur menyimpulkan hasil suatu eksperimen karena tingkat kematangan (maturity) belum terpenuhi. Kalau penulis mengajukan hipotesis bahwa pemberian filsafat ilmu akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meneliti, dan kemudian setelah satu semester, kemampuan meneliti mahasiswa diukur dan ternyata hipotesis itu ditolak, maka penulis tidak akan menerima kesimpulan penelitian yang menyatakan filsafat ilmu tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan meneliti.

Kriteria Kebenaran dalam Kegiatan Keilmuan

Teori Pragmatisme kita pergunakan dalam meniai kebenaran teori ilmiah yang selalu silih berganti sesuai dengan perkembangan pengetahuan ilmiah. Kriteria kebenaran keilmuan ini juga tercermin dalam membagi kegiatan keilmuan menjadi dua wilayah yakni konteks penemuan dan konteks justifikasi (pembenaran). Artinya suatu penemuan penelitian harus mempunyai justifikasi agar dapat dianggap memiliki kebenaran secara ilmiah.

Kita akan membedakan penelitian murni yang bertujuan menemukan teori baru dan penelitian terapan yang bertujuan memecahkan masalah dengan mempergunakan teori yang telah ditemukan.
Teori yang ditemukan di dunia rasional selanjutnya merupakan referensi teoritis untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam yang berada di dunia empiris.

Sebaliknya, penemuan faktual di dunia empiris dapat mengacu kepada teori yang bermukim di dunia rasional untuk memberikan justifikasi berupa argumentasi teoretis tentang penemuan empiris tersebut.

Perbedaan antara penelitian murni lebih disebabkan oleh adanya perbedaan tujuan penelitian yang pada gilirannya tercermin dalam prosedur kegiatannya. Epistemologi pemecahan masalah adalah prosedur yang bernaung dalam penelitian terapan dengan memanfaatkan teori-teori keilmuan yang telah ditemukan.

Epistemologi terapan dibagi menjadi dua , yaitu epistemologi pemecahan masalah dengan konteks justifikasi didahulukan dan diikuti oleh konteks penemuan, kedua adalah mendahulukan konteks penemuan yang diikuti konteks justifikasi. Itulah sebabnya dinamakan epistemologi penemuan ilmiah.
Epistemologi pemecahan masalah kurang dikenal di negara kita yang sebenarnya justru bersifat sangat fungsional dalam pendidikan keilmuan. Epistemologi penemuan ilmiah lebih cocok untuk peneliti profesional ketimbang mahasiswa yang masih belajar.

Berpikir Konsepsional, Nalar dan Antisipatif

Metode ilmiah merupakan hal yang penting bagi komunitas ilmiah untuk melaksanakan kritik terhadap hasil penelitian ilmuwan lain dan penting bagi sistem pendidikan dalam mendidik calon ilmuwan. Dikemudian hari para lulusan yang tidak bekerja dalam profesi keilmuan akan lebih bergelut dengan cara berpikir konsepsional, nalar dan antisipatif dalam masalah sosial ketimbang proses pengumpulan dan pengolahan data dalam masalah ilmu-ilmu alam.

Lulusan yang terus bekerja seperti peneliti atau dosen perguruan tinggi akan mampu meningkatkan pemahaman mengenai keilmuan sebab berkaitan erat dengan profesinya. Para pengambil keputusan harus mampu berpikir dengan cepat secara konsepsional , nalar dan antisipatif.

Kalau pengambil keputusan tidak mampu berpikir nalar dan konsepsional dalam mencari pemecahan hipotesis terhadap permasalahan sehari-hari maka pendidikan keilmuan pada esensi yang paling penting telah gagal membentuk cara berpikir ilmiah. Masyarakat berpendapat bahwa perguruan tinggi mampu membentuk kemampuan berpikir yang lebih dapat diandalkan dalam mengambil keputusan dibanding yang tidak memasuki perguruan tinggi.

Berpikir dulu sebelum bertindak adalah pegangan eksekutif yang lebih baik daripada bertindak dulu baru memikirkan konsekuensinya.

Dikotomi Penelitian Akademik dan Profesional

Kita mungkin pernah mendengar lagu yang enak yang dibawakan dengan teknik pernapasan, dan di pihak lain lagu yang biasa-biasa saja namun dibawakan dengan teknik menyanyi yang baik. Kedua hal ini dapat diibaratkan sebagai penelitian profesional dan akademik, keduanya berbeda dan untuk itu keduanya harus dipisahkan. Tanpa pemisahan yang jelas maka penilaian kita terhadap entitas masing-masing akan menjadi samar dan mengelirukan.

The Song Not the Singer

Dalam penelitian profesional yang penting adalah hasilnya. Tanpa hasil penelitian yang nyata dan bermanfaat maka penelitian profesional tak ada artinya. Balai penelitian pertanian yang tidak menghasilkan varitas tanaman baru bisa ditutup karena dianggap tidak ada gunanya.

Kalau memang aspek penemuan lah yang paling penting, Yang kalau perlu memerlukan penalaran kritis dalam prosesnya, maka penelitian akademik sebagai sarana edukatif tidak berfungsi secara efektif. Penelitian akademik pada hakikatnya bertujuan memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk menguasai dan mempraktekan segenap aspek keilmuan dari teori-teori ilmiah yang sudah dipelajarinya selama ini sesuai dengan hakikat keilmuan.

Suatu penelitian yang mendalam dan ototratif akan didengar orang banyak dan akan menjadi masukan bagi para pengambil keputusan, dengan demikian maka hasil penelitian tidak hanya pajangan namun secara konkret tampil di depan memberikan suluh dalam kegelapan. Dalam pembahasan mengenai metodologi ilmiah, umpamanya betapa banyak pertimbangan yang harus kita lakukan agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekarang akan memberikan manfaat yang maksimal  di masa yang akan datang. Penelitian akademik dapat dirancang untuk sebagai sarana evaluasi apakah peserta didik telah menguasai keempat aspek pengetahuan ilmiah tersebut dengan baik.di samping itu, penelitian akademik berfungsi sebagai media pengontrol kualitas agar anak didik yang kelak selesai dari  studi nya telah memiliki kualitas yang ditentukan.

Penelitian Akademik

Penelitian Akademik dapat dianggap sebagai bagian intergal dari proses pendidikan atau latihan dalam membentuk manusia yang mempunyai kualifikasi kemampuan tertentu. Penelitian merupakan saran edukatif dalam proses kegiatan pendidikan. Bahkan merupakan sarana edukatif yang sangat penting sebab mempunyai fungsi “sumatif” dan “evaluatif” artinya, jika pendidikan keilmuan di tunjukan ke arah penguasaan pengetahuan ilmiah tertentu, maka peneliian akademik yang biasanya dilakukan pada penghujung program studi mempunyai poteensi dan peranan untuk mengevaluasi secara sumatif apakah kemampuan tersebut sudah terbentuk atau belum. Pengetahuan ilmiah secara keseluruhan terdiri dari empat bagian yakni pengetahuan filososis mengenai hakikat ilmu. pengetahuan metodologis mengenai rincian pemerosesan ilmu. Pengetahuan teoritis tentang tubuh pengetahuan yang telah disusun dalam penggunaan aplikatif pengetahuan  ilmiah sebagai acuan dalam pemecahan masalah.

Ke Arah Diversifikasi Kegiatan Penelititian

Penelitian mempunyai peranan yang khas bila dikaitkan dengan kegiatan tertentu. Pada suatu pihak, penelitian merupakan sarana edukatif bila dikaitkan dengan kegiatan pendidikan, dan dalam hal ini, kegiatan penelitian mencerminkan hakikat dan tujuan pendidikan yang ingin di capai, Aspek-Aspek penelitian sperti bentuk penelitian, perumusan masalah, kajian perpustakaan, proses pengumpulan dan analisis data, serta penyajian laporan penelitian, semuanya mengacu pada tujuan keilmuan yang ingin di wujudkan dalam kegiatan penelitian. Di pihak lain, penelitian deskriptif mungkin sangat fungsional dalam menemukan pengetahuan, atau lebih tepat lagi , informasi baru. Jika seorang pakar ekonomi dalam hasil penelitian deskriptifnya menemukan bahwa, sekian persen penduduk indonesia masih termasuk dalam taraf kemiskinan, maka penemuan ini merupakan informasi yang sangat berharga. Untuk itu dirasa perlu untuk mengembangkan klasifikasi penelitian dikaitkan dengan serangkaian kegiatan, sebuah penelitian mungkin fungsional ditinjau dari sudut kegiatan namun di fungsional dari sudut kegiatan lain. Atau dengan perkataan lain, berfungsinya suatu kegiatan penelitian tergantung dari peranan penelitian tersebut ditinjau dari kriteria tertetu.

Evaluasi Penelitian Akademik

Evaluasi pertama penelitian akademik dilakukan terhadap usulan penelitian. Hal ini dapat dilakukan dalam seminar yang dihadiri oleh siapa saja setelah usulan penelitian disetujui oleh komisi pembingbing atau promotor.

Hasil evaluasi ini dipergunakan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terdapat dalam usulan penelitian. Evaluasi kedua dilakukan terhadap instrumen penelitian yang telah disusun , dalam penelitian sosial, penyusun instrumen ini merupakan salah satu kegiatan yang paling krusial .

Vidalitas Internal vs Vidalitas Eksternal

Kesalahan dalam penelitian dapat dibagi dalam dua kategori yakni kesalahan metodologis dan kesalahan teknis. Kesalahan metodologis dalam peneletian tidak dapat diampuni dan alternatifnya adalah mengulang kembali penelitian itu. Kesalahan teknis biasanya tidak terlalu parah dan dapat di perbaiki tanpa harus mengulang kembali penelitian.

Evaluasi selanjutnya yang sering dilakukan di perguruan tinggi adalah seminar. Seminar ini di lakukan secara terbuka sebagai pemanasan dan persiapan bagi ujian tertutup. Ujian tertutup adalah ujian dalam arti yang sesungguhnya, dan bimbingan terakhir yang dilakukan oleh segenap anggota komisi ujian. Komisi ujian, dalam hal terakhir ini, wajib memberikan bimbingan bagaimana caranya memperbaiki kesalahan tersebut dengan petunjuk yang definitif. Hal ini dilakukan baik secara langsung dengan memberikan contoh cara memperbaikinya atau secara tidak langsung dengan memberikan referensi yang harus dibaca mengenai hal tersebut. Pada prinsipnya semua anggota komisi ujian tertutup adalah pembimbing atau promotor bagi mahasiswa yang di uji.

Pimpinan struktural perguruan tinggi berfungsi mengawasi implementasi persepsi perguruan tinggi yang bersangkutan terhadap hakikat keilmuan dan kegiatan penelitian. Itulah sebabnya harus ada buku panduan penelitian yang bukan hanya memuat teknik penulisan dan teknik notasi ilmiah namun juga memuat ketentuan yang bersifat filosofis dan metodologis mengenai penelitian. Buku panduan ini sebaiknya juga memuat kode etik akademik. Dalam kode etik akademik mesti tercakup proses arbitrase jika terdapat perbedaan yang tidak dapat di selesaikan mengenai kesalahan atau perbaikan penelitian. Dengan adanya pimpinan struktural perguruan tinggi sebagai ketua komisi ujian tertutup maka proses arbitrase ini lebih mudah dilakukan. Demikian juga, ujian tertutup harus menghasilkan kesimpulan yang berupa kontrak tertulis mengenai perbaikan penelitian.

Kontrak ini mempunyai dua kegunaan, pertama mahasiswa tahu benar apa yang harus di perbaiki dan kepada siapa dia harus berkonsultasi dan memperoleh persetujuan atas perbaikan lain kecuali apa yang tersurat dalam kontrak tersebut. Kontrak ini disusun dan dibacakan kepada mahasiswa setelah komisi ujian tertutup bersidang dan melakukan bargaining mengenai isi kontrak. Kontrak ini disusun berdasarkan kriteria keilmuan dan kelayakan saran perbaikan dengan memperhitungkan kemampuan mahasiswa dalam berbagai segi. Proses bargaining ini penting sebab kontrak yang di hasilkan harus mencerminkan integritas keilmuan dan kearifan pendidik yang jika kedua duanya bisa bersintesis akan menghasilkan manusia terdidik yang berkualitas.

Penelitian Profesional

Penelitian ini tujuan utamanya adalah mendapatkan penemuan baru baik berupa pengetahuan maupun teknologi baru. Penemuan baru yang di peroleh dapat berupa produk seperti varitas tanaman baru atau obat jenis baru. Penelitian ini disebut sebagai penelitian profesional yang biasanya dilakukan oleh ilmuwan atau peneliti profesional lainnya di perguruan tinggi. Dalam bidang penemuan baru biasanya dikenal dua tahapan yang berbeda yakni tahap pengembangan prototipe dan produk final.

Pengembangan prototipe merupakan penelitian yang ideal dilakukan oleh dosen di perguruan tinggi. Pengembangan prototipe menjadi produk final biasa dilakukan oleh lembaga penelitian dan pengembangan yang mengkhususkan diri untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi baru. Berbeda dengan penelitian akademik yang membatasi permasalahan pada beberapa variabel agar mudah di kontrol untuk mendapatkan validitas internal yang tinggi, maka penelitian profesional biasanya memasukkan segenap variabel yang relevan untuk mendapatkan penemuan baru mengenai suatu objek yang diteliti.

Penelitian tidak dilakukan secara penelitian akademik yang bersifat one way ticket (Cuma sekali jalan) namun dilakukan berulang-ulang, dengan cek dan re-cek sampai kita mendapatkan kebenaran yang pasti. Kalau penelitian akademik bersifat linier dengan tahapan yang jelas dan terbakukan maka penelitian profesional bersifat spiral yang bersifat konver-gen menuju hasil.

Sering kita menemukan bahwa proses penelitian akademik yang dilakukan mahasiswa adalah sama dengan penelitian profesional yang dilakukan dosen: keduanya adalah absah di tinjau dari metode ilmiah dan keduanya tidak menghasilkan apa-apa yang baru. Epistemologi pemecahanan masalah merupakan sarana edukatif yang melalui kegiatan penelitian membentuk kemampuan berpikir ilmiah yang bersifat konsepsional, nalar dan antisipatif.

Penelitian Kelembagaan

Penelitian kelembagaan tidak dimaksudkan sebagai sarana edukatif seperti penelitian akademik, atau ditujukan untuk mendapatkan penemuan baru seperti penelitian profesional, melainkan difokuskan pada pemerolehan informasi yang dipakai sebagai dasar bagi pengambilan keputusan. Keputusan yang di ambil tersebut biasanya menyangkut dua hal, yakni keputusan yang menyangkut perumusan kebijakan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam bentuk program.

Berbeda dengan penelitian akademik dan profesional yang bersifat konsepsional maka penelitian institu-sional lebih bersifat faktual.

                   Penelitian yang dilakukan dapat berupa penelitian evaluatif untuk menilai seberapa jauh keberhasilan suatu kebijaksanaan atau program, penelitian diagnostik yang mengungkapkan keadaan suatu objek atau wilayah, dan penelitian prognostik. Penelitian diagnostik biasanya merupakan dasar bagi perumusan kebijakan atau program baru, sedangkan penelitian prognostik mencoba mengembangkan kebijakan atau program baru. Penelitian prognostik mungkin didasarkan kepada penelitian diagnostik.

Analisis data yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan kegunaan praktis dalam pengambilan keputusan. Analisis yang biasanya digunakan adalah analisis deskriptif. Penelitian dilaporkan dalam bentuk yang lebih bebas sesuai dengan kebutuhan dan tidak mutlak harus mempergunakan teknik penulisan dan teknik notasi ilmiah.

Catatan Akhir

Kategori generik penelitian yang mempunyai tujuan yang berbeda beda tidak lagi memenuhi persyaratan sesuai dengan tuntutan spesia-lisasi. Kita mencoba membagi penelitian menjadi tiga cabang utama yakni penelitian akademik, profesional dan institusional. Semoga dengan adanya pembedaan bentuk bentuk penelitian maka kegiatan penelitian di negara kita akan bertambah maju sesuai dengan koridornya masing-masing.

Selasa, 03 Mei 2016

Review Jurnal Sistem Informasi Rekam Medis Pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pacitan Berbasis Web Base

  
Judul Jurnal
Sistem Informasi Rekam Medis Pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pacitan Berbasis Web Base
Jurnal
Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi ( 1979-9330)
Volume
Volume 3 No 4
Tahun
2011
Penulis
Gunawan Susanto & Sukadi (mg.susanto@gmail.com)
Reviewer
Rosidah Nasution (19114814)
Tanggal
3 Mai 2016

Abstrak – Pengembangan sistem informasi rekam medis ditujukan untuk mendukung ketersedian data informasi bagi manajemen dan pelaksana layanan serta pengembangan jaringan informasi kesehatan. Sistem ini dibangun dengan teknologi komputer berbasis web. Sistem informasi rekam medis ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan didukung basisdata MySQL. Sistem yang berjalan menemui berbagai kendala dan permasalahan terutama pada penggunaan basisdata dan sistem yang diterapkan hanya sebagai mesin pencatat. Dalam perkembangannya diharapkan sistem ini dapat diterapkan dalam jaringan intranet dan saling terhubung dengan instasi medis lain.
Sistem informasi rekam medis dapat digunakan sebagai sarana penyedia layanan dan informasi bagi penggunanya baik untuk dokter, paramedis, karyawan, dan pasien rumah sakit dimanapun dan kapanpun mereka berada, sehingga bisa mendapatkan informasi akurat karena informasi yang tersedia senantiasa terbaharui.
Kata kunci: rekam medis, sistem informasi rekam medis, sistem informasi


1. Latar Belakang Penelitian

Alasan Penelitian

Alasan dilakukannya penelitian ini dikarenakan sistem pencatatan rekam medis yang dipakai selama ini masih memiliki kelemahan.Karena data tersebut hanya tersimpan secara lokal dimana ditempat pasien itu menjalani pemeriksaan dan perawatan. Pasien tidak bisa menjalani perawatan di berbagai instansi medis lain dikarenakan tidak adanya pertukaran data medis pasien. Dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang rumit pula untuk membuat klaim pengajuan asuransi kesehatan untuk pasien yang membutuhkan karena tidak adanya berkas berkas pengajuan atau data rekam medis yang akan dijadikan acuan pendaftaran untuk mengajukan klaim asuransi ke bagian instansi asuransi dan instansi medis.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan alternatif teknologi yang dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk pencatatan dan penyampaian data rekam medis. Adanya integrasi data rekam medis antar instansi medis , mempermudah pengajuan klaim asuransi bagi pasien yang membutuhkan dan dapat meningkatkan pelayanan medis yang tepat berdasarkan data rekam medis pasien selama perawatan yang dijalani.

2. Metode Penelitian

Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam pembuatan sistem rekam medis ini adalah Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) Pacitan.


Dasar – Dasar Teori

Definisi dari Sistem Informasi Kesehatan adalah memproses data menjadi sebuah infromasi yang nantinya akan digunakan untuk penyusunan kegiatan program atau penelitian. Sedangkan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Permenkes No.749a 1989) yang tujuannya untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Kegunaan rekam medis ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:

Aspek Administrasi: Dengan adanya rekam medis, nilai administrasi menjadi ada karena menyangkut wewenang dan tanggung jawab para pekerja medis untuk tujuan pelayanan kesehatan.

Aspek Medis: Digunakan sebagai dasar dari pencatatan dan sebagai acuan terapi untuk para pasien.

Aspek Hukum: Untuk menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

Aspek Keuangan: Digunakan sebagai bukti pencatatan pelayanan kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Aspek Penelitian: Mengandung data dan informasi yang dapat dijadikan bahan penelitian.

Aspek Pendidikan: Mengandung data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.

Aspek Dokumentasi: Mengandung data/informasi yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan.

Dalam pembuatan sistem rekam medis ini, digunakan pula ICD, ICD merupakan singkatan dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems dimana memuat klasifikasi diagnostik penyakit dengan standar internasional  yang disusun berdasarkan sistem kategori dan dikelompokkan dalam satuan penyakit menurut kriteria yang telah disepakati pakar internasional.

Sehingga ICD dapat dikatakan erupakan sistem penggolongan penyakit dan masalah  kesehatan lainnya secara internasional yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.

Dan agar sistem ini dapat terkomputerisasi, digunakan database dari MySQL dan menggunakan bahasa pemrograman PHP. MySQL adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang merupakan turunan salah satu konsep database, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian Pembuatan Sistem

Metode yang dilakukan dalam pembuatan sistem ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:

  • Menggunakan studi pustaka dalam memahami dan mempelajari sistem informasi yang berbasis pemrograman web.
  • Menggunakan observasi atau pengamatan secara langsung dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan dengan peninjauan langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan.
  • Dengan melakukan wawancara dan melakukan tanya jawab dengan para petugas medis , pencatat, untuk mengetahui pengelolaan data pasien yang dibutuhkan manajemen pencatatan dan pelayanan rumah sakit.
  • Memasuki tahap analisis untuk perencanaan pembuatan sistem agar berjalan sesuai dengan tujuan permasalahan.
  • Pada tahap perancangan, akan dilakukan perancangan sistem untuk penyampaian informasi yang berkaitan dengan sistem informasi manajemen rekam medis rumah sakit.
  • Pada tahap pembangunan, Proses pembuatan produk Sistem Informasi Rekam Medis pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan.
  • Setelah itu, akan dilakukan pengujian sistem informasi rekam medis untuk mengetahui bug/ kesalahan.
  • Mengimplementasikan hasil pembuatan produk dengan memberikan program kepada pihak manajemen Rumah Sakit Umum (RSUD) Pacitan.

Alat dalam Pembuatan Sistem

1. Menggunakan ICD, yaitu ICD merupakan singkatan dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems yang dapat menklasifikasi data epidemiologi dan data statistik dikelompokkan sebagai berikut:

a. Penyakit epidemik

b. Penyakit individual dan umum

c. Penyakit spesifik daerah tertentu

d. Penyakit pertumbuhan

e. Cedera

2. Menggunakan sistem database MySQL (Relational Database Management System (RDBMS) ) dan menggunakan bahasa pemrograman PHP

3. Menggunakan alat pembuatan model yang menggambarkan sistem jaringan proses data yang dinamakan Data Flow Diagram (DFD) yang sering digambarkan dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil dari sistem ini dilakukan di RSUD Pacitan yang melibatkan:

a. Pasien

b. Petugas pendaftaran rekam medis

c. Dokter

d. Perawat di rawat jalan dan ruangan

e. Petugas rekam medis

f. Petugas asuransi

Pertama, para petugas rekam medis akan melakukan proses login untuk masuk kedalam sistem rekam medis, lalu pasien yang akan melakukan perawatan akan didaftarkan oleh petugas rekam medis yang isinya berisi biodata dari pasien tersebut, lalu petugas rekam medis akan memasukkan data pasien yang baru saja didaftarkan ke sistem informasi manajemen rumah sakit yang berisi data kunjungan pasien , biodata,dan biaya penjamin pasien tersebut, setelah didaftarkan oleh para petugas rekam medis, pasien dibawa ke poli keluhannya masing masing untuk mendapatkan sarana kesehatan dan dipakai perawat dan dokter untuk melakukan tindakan dan setelah itu dijadikan catatan pembayaran pula yang akan dijadikan catatan tagihan untuk para pasien. Setelah itu, akan dilakukan pengelompokkan jenis penyakit menggunakan ICD 10, dan dilakukan juga pengelompokkan kasus penyakit berdasarkan poli, lalu petugas data rekam medis akan memasukkan data rekam diagnosis ICD, setelah itu akan tersimpan data rekam medis pasien yang pernah melakukan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan.

Hasil penelitian dan perancangan sistem rekam medis ini sangat sesuai dengan tujuan yang dicapai yaitu untuk mendapatkan alternatif teknologi yang dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk pencatatan dan penyampaian data rekam medis.

4. Kesimpulan Penelitian

Kelebihan Rekam Medis Terkomputerisasi

  • Akses menjadi lebih cepat ke pihak dokter, paramedis untuk mendapatkan data rekam medis pasien
  • Meningkatkan efisiensi kerja dalam pengolahan data rekam medis
  • Lebih cepat dan praktis karena semua prosedurnya dilakukan secara komputerisasi
Kekurangan Rekam Medis Terkomputerisasi

  • Menimbulkan masalah baru di bidang kerahasiaan dan privacy pasien. Bila data medis pasien jatuh ke tangan orang yang tidak berhak, maka dapat terjadi masalah hukum dan tanggung-jawab harus ditanggung oleh dokternya atau oleh rumah sakit nya.
  • Adanya kebocoran informasi medis pasien bila tidak ada keamanan akses
Kesimpulan Penelitian

Dengan sistem informasi rekam medis mengurangi terjadinya pasien yang mempunyai nomor rekam medis ganda, dapat mempercepat pencarian status rekam medis manual  jika pasien berkunjung di rumah sakit dan sangat membantu dokter, paramedis untuk melakukan diagnose, terapi dan perawatan pasien.